PT Pertamina Patra Niaga memperluas distribusi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan beragam keunggulannya. Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga,Riva Siahaan menjelaskan bahwa Pertamina SAF adalah pencampuran avtur konvensional dengan minyak jelantah atau used cooking oil.
“Minyak jelantah itu dihidrogenisasi untuk dijadikan SAF dengan pencampurannya adalah 62% avtur konvensional dan 38% SAF,” rinci Riva kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (23/9/2024).
Riva menjelaskan, campuran SAF inilah yang membantu menurunkan emisi karbon. Hal ini dilakukan pemerintah sebagai bagian dari mendukung pemerintah untuk mewujudkan NZE 2060. Apalagi Riva menjelaskan keberhasilan SAF ini juga didukung penuh oleh pemerintah khususnya oleh Kemenkomarves.
“Dorongan dan semangat dari pemerintah, terutama Kemenkomarves, membuat Pertamina terus berupaya mewujudkan dan melakukan komersialisasi Pertamina SAF,” jelas Riva.
Untuk diketahui, Pertamina SAF sudah mulai diuji coba sejak 2021 pada pesawat militer. Pada 2023 lalu, mulai diuji coba pada pesawat komersial dan akhirnya milestone Pertamina terjadi di Bali Internasional Airshow 2024 karena komersialisasi resmi dimulai.
“Beberapa perusahaan baik dari dalam dan luar negeri sudah melakukan penandatanganan kerja sama. Kami percaya dnegan produksi secara massal, Indonesia akan menjadi HUB untuk SAF pada masa mendatang,” tegas riva.
Sekadar informasi, SAF mampu mengurangi emisi karbon hingga 84%. Pertamina SAF telah memenuhi berbagai standar internasional, termasuk sertifikasi International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) untuk program Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-European Union (RED-EU).
Pertamina juga memastikan bahwa SAF ini aman digunakan, memenuhi standar yang ditetapkan oleh American Society of Testing and Materials (ASTM), dan terdaftar sebagai Corsia Eligible Fuel (CEF) oleh International Civil Aviation Organization (ICAO).