AS Jadi Kambing Hitam Padahal Jepang Juga Ikut Buat Terbakar

Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Yen, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Gejolak pasar yang terjadi pada perdagangan Senin (5/8/2024) kemarin tak hanya disebabkan oleh ketakutan pasar akan potensi resesi yang mengancam Amerika Serikat (AS), tetapi juga berakhirnya era carry trade yen Jepang.

Akibatnya, bursa saham global dan beberapa aset investasi global pun berjatuhan kemarin. Ambruknya bursa saham disinyalir sudah terjadi sejak Jumat pekan lalu, ketika data tenaga kerja AS turun cukup drastis, membuat pasar khawatir. Adapun fenomena carry trade ini justru memperburuk sentimen pasar global.

Sebelumnya pada Senin (5/8/2024), bursa Asia-Pasifik pun berguguran, dengan Nikkei 225 Jepang memimpin koreksi yakni ambruk 12,4% di penutupan perdagangan.

Disusul KOSPI Korea Selatan yang juga ambruk hingga 8,77%. KOSPI pun sempat terkena trading halt atau penghentian perdagangan sementara akibar koreksinya yang cukup besar.

Namun pada Selasa (6/8/2024)  mayoritas bursa Asia-Pasifik terpantau berhasil rebound. Nikkei pun memimpin dengan terbang 10,23%. Kemudian disusul TAIEX Taiwan yang melonjak hingga 3,38% dan KOSPI Korea Selatan yang melejit 3,3%.

Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China menguat 0,23%, ASX 200 Australia terapresiasi 0,41%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,99%.

Sayangnya, indeks Hang Seng Hong Kong dan Straits Times Singapura masih melemah masing-masing 0,31%

Bursa Asia-Pasifik

Tak hanya bursa Asia-Pasifik, bursa Eropa juga merana Senin kemarin, dengan indeks Stoxx 600 Eropa menjadi yang terburuk di akhir perdagangan Senin kemarin yakni ambruk 2,17%.

Bursa Eropa juga sudah menghijau pada perdagangan Selasa (6/8/2024). Hanya bursa Prancis yang masih

Bursa Asia-Pasifik

Mirisnya, bursa Wall Street justru memperpanjang koreksi parahnya pada Senin kemarin, di mana ketiga indeks acuan Wall Street yakni Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite ambruk masing-masing 2,6%, 3%, dan 3,43%.

Namun, Wall Street dengan cepat berbalik arah pada Selasa kemarin (6/8/2024). Indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 294,39 poin atau 0,76% menjadi 38.997,66. sementara Nasdaq Composite (.IXIC) tumbuh 1,03% atau 53,62 poin ke posisi 5.239,95. S&P 500 juga naik 1,03% ke posisi 5,239.

Penutupan Wall Street

Apa Itu Carry Trade yang Bikin Bursa Saham Global Berjatuhan?

Carry trade adalah jenis perdagangan yang melibatkan investor meminjam mata uang negara yang suku bunganya rendah, seperti yen Jepang atau yuan China, dan menggunakannya untuk berinvestasi dalam mata uang yang suku bunganya lebih tinggi, seperti peso Meksiko.

Yen telah menjadi mata uang pendanaan paling populer dalam beberapa tahun terakhir karena suku bunga Jepang yang sangat rendah. Namun, negara ini baru keluar dari suku bunga negatif pada April lalu, beberapa tahun setelah bank sentral negara-negara Barat mulai secara agresif menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi.

Pergerakan Yen Jepang Terhadap Dolar AS

Kesuksesan carry trade bergantung pada mata uang pinjaman yang tetap murah dan volatilitas pasar yang tetap rendah. Kedua faktor tersebut telah merugikan investor dalam beberapa pekan terakhir karena nilai tukar yen melonjak dan pasar dilanda ketidakstabilan.

Hal ini tidak mungkin diestimasi secara pasti karena transaksi mata uang tidak dilacak secara terpusat seperti perdagangan di pasar saham. Namun ada beberapa cara untuk menilai popularitasnya.

Salah satunya adalah dengan melihat kontrak yang dilacak oleh regulator pasar berjangka. Data tersebut menunjukkan hedge fund dan investor spekulatif lainnya memegang lebih dari 180.000 kontrak yang bertaruh pada pelemahan yen, senilai lebih dari US$ 14 miliar pada awal Juli lalu, berdasarkan data CFTC. Pada pekan lalu, posisi tersebut telah dipotong menjadi sekitar US$ 6 miliar.

Proksi lainnya adalah dengan melihat pinjaman luar negeri bank-bank Jepang, yang mencapai US$ 1 triliun pada Maret lalu. Jumlah tersebut meningkat 21% dari tahun 2021, berdasarkan data dari Bank for International Settlements. Sebagian besar pertumbuhan pinjaman yen lintas negara baru-baru ini terjadi di pasar antar bank, di mana bank saling memberikan pinjaman, dan kepada perusahaan keuangan non-bank seperti manajer aset.

“Pinjaman semacam itu biasanya merupakan fungsi dari permintaan investor global terhadap carry trade yang didanai yen,” kata analis JPMorgan, kepada CNBC International.

Tentunya, lonjakan yen sebesar 7,5% selama sepekan terakhir telah menghantam para pelaku investasi carry trade di yen. Investor yang meminjam yen terkena margin call karena mata uangnya melonjak, yang berarti para bankir mereka menuntut lebih banyak agunan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*