Rupiah stagnan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir pekan ini Jumat (15/11/2024) setelah muncul isyarat perlambatan dalam pemangkasan suku bunga AS oleh ketua bank sentral AS (The Fed).
Melansir data Refinitiv, hari ini (15/11/2024) rupiah tetap berada di level Rp15.850/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.945/US$ hingga Rp15.850/US$.
Pelemahan ini adalah yang terparah sejak 12 Agustus 2024 lalu yang sempat berada pada level Rp15.950/US$. Sejak sepekan ini, rupiah telah melemah hingga 1,18% dari posisi sebelumnya di level Rp15.665/US$ Sedangkan, Indeks Dolar AS (DXY) mengalami penurunan hingga 0,05% pada pukul 15:00 WIB di posisi 106,61.
Lebih lanjut, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS hari ini, didorong oleh sentimen kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed). Ketua The Fed, Jerome Powell, mengisyaratkan perlambatan dalam pemangkasan suku bunga karena ekonomi AS yang tetap tangguh.
Dalam pernyataannya di hadapan para pemimpin bisnis di Dallas, Powell menyebut ekonomi AS tumbuh sebesar 2,8% pada kuartal III-2024, lebih tinggi dari tren historis. Dengan pertumbuhan tersebut, The Fed melihat tidak ada urgensi untuk menurunkan suku bunga, meskipun tekanan inflasi masih ada. Powell juga menyoroti bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat meskipun jumlah non-farm payrolls pada Oktober hanya bertambah 12.000, terendah sejak 2020, yang sebagian besar disebabkan oleh dampak badai dan pemogokan pekerja.
Di sisi lain, tingkat inflasi AS menunjukkan kenaikan tipis pada Oktober, mencapai 2,6% year on year (yoy), dibandingkan 2,4% pada bulan sebelumnya. Hal ini semakin menambah tantangan bagi The Fed untuk mencapai target inflasi 2% di tengah pertumbuhan ekonomi yang solid. Pernyataan Powell menimbulkan dampak negatif pada pasar keuangan, di mana indeks saham AS melemah dan imbal hasil Treasury meningkat.
Ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga ini membuat pelaku pasar memproyeksikan penurunan suku bunga lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Selain itu, investor berpotensi kembali ke AS, yang dapat memicu arus keluar modal (capital outflow) dari pasar negara berkembang dan mendukung penguatan indeks dolar AS.
The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga lebih lanjut pada Desember sebesar 25 basis poin, sesuai dengan perkiraan anggota FOMC yang tertuang dalam “dot plot” terbaru. Namun, Powell menegaskan bahwa kebijakan moneter akan bergerak secara hati-hati untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas inflasi dan penguatan pasar tenaga kerja.
Powell berharap penyesuaian suku bunga ini dapat membawa ekonomi menuju tingkat yang lebih netral dalam jangka panjang, meskipun jalurnya masih belum pasti.