Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau tetapi cenderung volatil pada awal perdagangan sesi I Senin (12/8/2024), di tengah sikap investor yang menanti rilis data indeks harga konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) dan Nota Keuangan di Indonesia.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka naik tipis 0,05% ke posisi 7.260,54. Selang sepuluh menit setelah dibuka, IHSG berbalik arah ke zona merah yakni turun 0,1% ke 7.250,09. IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 503 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 75.659 kali.
IHSG cenderung volatile di awal sesi I hari ini, di tengah sikap investor yang menanti rilis data ekonomi dan agenda penting di global dan dalam negeri pada pekan ini.
Pada pekan ini, investor di global akan memantau rilis data IHK atau data inflasi AS periode Juli 2024. Inflasi utama dan inti akan dirilis pada Rabu mendatang. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi AS tahunan akan turun 0,1 basis poin menjadi 2,9% secara tahunan (year-on-year/yoy) pad Juli 2024 dari sebelumnya 3% (yoy).
Sementara AS akan mengalami inflasi secara bulanan menjadi 0,2%, setelah sebelumnya mengalami deflasi 0,1%. Inflasi inti AS diperkirakan akan menjadi 3,2% yoy dibanding bulan sebelumnya 3,3% yoy.
Sementara itu dari dalam negeri, data neraca perdagangan pada periode Juli 2024 juga akan dirilis pada pekan ini, yakni pada Kamis mendatang.
Konsensus pasar dari Trading Economics memperkirakan neraca dagang Indonesia pada Juli 2024 mengalami surplus sebesar US$ 1,4 miliar. Pencapaian ini lebih kecil dibandingkan dari Juni 2024 sebesar US$2,39 miliar.
Surplus neraca berjalan ini didorong oleh penurunan impor barang modal dan penolong. Sementara itu, pendorong ekspor Juni lalu adalah eskpor industri pengolahan. Dengan demikian, nilai ekspor RI tercatat lebih tinggi, yakni sebesar US$ 20,84 miliar dan impor US$ 18,45 miliar.
Masih dari dalam negeri, agenda cukup penting yang digelar setiap setahun sekali yakni Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) beserta pidato kenegaraan dan pembacaan Nota Keuangan juga akan dicermati pasar. Adapun agenda tersebut akan digelar pada Jumat mendatang.
Pada event tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan Pidato Kenegaraan pada pagi hari dan Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-undang (RUU) Tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2025 dan Nota Keuangan pada siang harinya.
Melalui Pidato Kenegaraan, Presiden Jokowi diperkirakan menyampaikan pencapaian 10 tahun pemerintahannya mulai dari politik, hukum, keamanan, hingga ekonomi.
Presiden Jokowi akan menyampaikan Pidato Pengantar RAPBN 2025. Pidato ini menjadi perhatian besar baik dari pelaku pasar ataupun pengusaha karena akan menjadi arah bagi pembangunan Indonesia ke depan.
Jokowi akan membeberkan target makro ekonomi mulai dari pertumbuhan, inflasi, nilai tukar rupiah, lifting minyak mentah dan gas, serta harga minyak mentah Indonesia/ICP untuk 2025.
Pidato Nota Keuangan diperkirakan akan sangat menyita perhatian karena RAPBN 2025 akan menjadi APBN pertama pemerintahan baru Prabowo subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Masyarakat, pelaku usaha, dan investor akhirnya akan mengetahui arah kebijakan Prabowo-Gibran, mulai dari belanja hingga pendapatan negara.
Berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya di mana RAPBN untuk presiden berikutnya biasanya hanya bersifat baseline maka RAPBN 2025 diperkirakan sudah merumuskan kebijakan Prabowo. Pasalnya, tim Prabowo ikut terlibat langsung dalam pembuatan RAPBN 2025.