
Para pelaku pasar sedang menunggu sembari gugup menantikan pengumuman suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve.
Bukan karena kebijakan suku bunga Juli yang memperkirakan The Fed tetap mempertahankan suku bunganya di target 5,25%-5,5%, tapi komentar mengenai proyeksi kapan akhir dari era suku bunga tinggi.
Pasalnya optimisme pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada tahun ini besar. Sementara data-data ekonomi AS terakhir menunjukkan bahwa ekonomi negara adidaya tersebut masih kuat, sehingga muncul perkiraan bahwa penurunan inflasi sesuai target 2% dipandang masih jauh.
Padahal inflasi adalah kunci utama bagi The Fed untuk lebih yakin menurunkan suku bunga.
Ketidakpastian membuat para pelaku pasar lebih nyaman mengambil sikap wait and see. Hal ini yang kemudian menyeret performa pasar keuangan Indonesia ke zona negatif pada perdagangan kemarin, Selasa (30/7/2024).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (30/7/2024). Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup melemah 0,65% ke posisi 7.241,86.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp8,7 triliun dengan volume transaksi mencapai 14 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 260 saham menguat, 305 saham terkoreksi, dan 220 saham cenderung stagnan.
Penurunan IHSG membuat pasar saham Indonesia mendapatkan cap performa buruk sepanjang kemarin jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Kinerja IHSG yang negatif membuat pasar saham Indonesia berada di peringkat lima dari enam bursa di Asia Tenggara.
Secara sektoral, sektor transportasi menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,2%.
Di sisi lain, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,12% di angka Rp16.295/US$ pada perdagangan kemarin, Selasa (30/7/2024).