Sektor tekstil tengah menghadapi situasi tekanan yang sulit. Terbaru PT Panamtex dinyatakan pailit, kemudian PT Dupantex juga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para 800 karyawannya. Di saat bersamaan, anomali terjadi di sisi sektor batik yang memiliki prospek industri lebih menjanjikan.
”Potensi pasar ekspor batik dan produk batik cukup menjanjikan, terlihat dari capaian nilai ekspor batik dan produknya sepanjang tahun 2023 yang mencapai US$ 17,5 juta. Sedangkan semester pertama tahun ini saja sudah mencapai US$ 9,45 juta berdasarkan hitungan BPS,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita dalam keterangannya, Jumat (27/9/2024).
Nilai ekspor ternyata lebih tinggi dibanding impor karena di tahun lalu nilai impornya 800 ribu dolar AS. Pada 2022, ekspor sebesar 25,3 juta dolar AS sedangkan, impor sebesar 1 juta dolar AS. Setahun sebelumnya di 2021, nilai ekspornya sebesar 24 juta dolar AS, sedangkan impor sebesar 1,2 juta dolar AS.
“Kalau impor kita bingung nih, impor apa nih ya? Nah umumnya memang impor ini sudah dalam bentuk mungkin home decor-nya,” kata Reni.
Padahal sebagai negara pemilik warisan batik, Indonesia tidak seharusnya mengimpor batik. Namun Reni mengakui sulit untuk menghilangkan angka impor secara total. Upaya yang bisa dilakukan ialah lebih mengembangkan batik karena menyerap ratusan ribu tenaga kerja.
“Bisa dibayangkan, ketika kita tidak melakukan pelestarian batik ini, ada 5.946 industri kecil menengah dan ada 200.000 tenaga kerja, serta ada 200-an sentra yang tidak berlangsung, atau pelan-pelan akan kehilangan sumber daya, kehilangan mata pencaharian,” sebut Reni.
Salah satu ancaman berasal dari impor batik dari China. Namun Reni menyebut itu tidak murni batik, melainkan hanya motif batik dalam bentuk tekstil. Meski demikian, jika penyerapan pada impor batik China ini besar maka bisa mengganggu sentra-sentra batik dalam negeri.
“Tekstil motif batik pasti ada, tapi itu bukan batik. Itu pasti tekstil, kalau batik itu ada malam panas lilin, cat juga dililin, sesudah itu dicuci si malam supaya rontok. Kalau impor ini diminati jumlah besar pasti ganggu, karena memproduksi tapi konsumen tidak beli, lambat laun akan mati,” ujar Reni.