Arus dana asing kembali tercatat masuk ke pasar keuangan domestik. Derasnya aliran dana asing terjadi diikuti dengan penawaran imbal hasil yang menarik dari dalam negeri.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 5-8 Agustus 2024, investor asing tercatat beli neto Rp1,62 triliun terdiri dari beli neto Rp2,24 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp1,28 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan beli neto Rp0,65 triliun di saham.
Total net foreign buy lebih dari Rp48,13 triliun dalam tujuh pekan terakhir tentu memberikan angin segar bagi Indonesia. Dana asing mulai mengalir deras ke Indonesia sejak awal Juli 2024 hingga pertengahan Agustus ini atau menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus.
Lebih lanjut, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 8 Agustus 2024. Investor asing tercatat jual neto Rp21,75 triliun di pasar SBN, sedangkan beli neto Rp174,51 triliun di SRBI dan Rp0,66 triliun di pasar saham.
Di tengah isu resesi AS hingga prospek pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed), instrumen investasi yang memberikan rasa aman dan imbal hasil yang pasti serta tinggi menjadi pilihan berbagai investor.
Salah satu alasan mencuatnya probabilitas resesi AS di pekan lalu yakni akibat laju pengangguran di AS yang meningkat tajam dalam tiga bulan terakhir.
Sebagai catatan, pada Juli 2024, laju pengangguran di AS sebesar 4,3%, dibandingkan periode sebelumnya yang menyentuh angka 4,1%, di tengah perlambatan signifikan dalam perekrutan tenaga kerja. Kenaikan ini memicu kekhawatiran akan memburuknya pasar tenaga kerja dan potensi kerentanan ekonomi terhadap resesi.
Ancaman resesi diperkuat oleh proyeksiSahm Recession Indicatoryang menjadi indikator adanya potensi resesi. Indikator terpicu karena berada di atas level 0,5 poin persentase.
Hasil hitungan menunjukkan Sahm Rule Indicator pada Juli 2024 menunjukkan sebesar 0,53 poin persentase.
Selain itu, probabilitas dalam survei CME FedWatch Tool menunjukkan sebesar hampir 50% pelaku pasar meyakini The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 50 basis poin (bps) pada Federal Open Meeting Committee di September 2024.
Jika hal tersebut benar-benar terjadi, maka guncangan terhadap pasar keuangan di global khususnya di AS akan terjadi.
Antisipasi terlihat dari para investor, termasuk investor asing. Hal ini terlihat dari minat investor asing ke emerging market termasuk Indonesia.
Terpantau SBN dan SRBI yang ditawarkan memberikan imbal hasil yang cukup tinggi bahkan lebih tinggi dibandingkan depostio perbankan.
Direktur Distribution and Institutional Funding BTN Jasmin mengatakan banyaknya pilihan instrumen investasi lainnya seperti SBN dan SRBI yang dikeluarkan BI, yang menawarkan yield lebih tinggi dibanding deposito perbankan.
“Bahkan rate SRBI lebih tinggi dari SBN, sehingga ada pergeseran investasi asing dari SBN ke SRBI,” kata Jasmin saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (16/7/2024).
Selain itu, arah pengelolaan portofolio aset manajemen pun terpengaruh dengan kondisi global saat ini.
Direktur Panin Asset Management (Panin AM), Rudiyanto menyebutkan bahwa prospek pemangkasan suku bunga acuan maka reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran yang dimiliki Panin AM maka obligasinya akan diperpanjang durasinya. Di mana saat terjadi pemangkasan suku bunga maka potensi capital gain akan semakin besar.
Selain itu Rudiyanto juga melihat instrumen moneter SRBI sebagai peluang investasi yang bagus karena memberikan imbal hasil yang tinggi.